Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah

A.    Pemikiran-pemikiran Muhammadiyah dalam beberapa bidang:

1.      Secara Umum
a.       Aqidah
Akidah islam menurut muhammadiyah dirumuskan sebagai konsekuensi logis dari gerakannya. Formulasi aqidah yang dirumuskan dengan merujuk langsung kepada sumber utama ajaran islam itu disebut “aqidah shahihah” yang menolak segala bentuk campur tangan pemikiran teologis.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsif-prinsif tolerabsi menurut ajaran islam.
b.      Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-quran dan sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
c.       Ibadah
Secara etimologis ibadah berasal dari kata “ubu:dah, “ubu:diyah, dan “abdiah, yang artinya tunduk dan merendahkan diri. Maksudnya menyerah dan  tunduknya seseorang terhadap orang lain secara patuh tanpa perlawanan, penyelewengan dan pendurhakaan, hingga dilayaninya orang itu (yang dipatuhinya) menurut keinginan dan kemauannya.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang diturunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d.      Mu’amalat Duniawiyat
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat duniawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
2.      Kehidupan Pribadi
a.       Pemikiran muhammadiyah dalam kehidupan pribadi dalam bidang aqidah
Setiap warga muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani berupa tauhid kepada allah SWT yang benar, ikhlas dan penuh ketundukan sehingga terpancar sebagai ibad al-rahman menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mu’min, muslim, muhsin dan muttaqin yang peripurna.
b.      Pemikiran muhammadiyah dalam kehidupan pribadi dalam bidang akhlaq
Setiap warga muhammadiyah dituntut untuk meneladeni perilaku nabi dalam mempraktekan akhlak mulia sehingga menjadi uswah hasanah, yang diteladani oleh sesama berupa sifat sidiq, amanah, tabligh dan fathanah.
c.       Pemikiran muhammadiyah dalam kehidupan pribadi dalam bidang ibadah
Setiap warga muhammadiyah dituntut untuk senantiasa membershkan jiwa atau hati kearah terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri dari jiwa atau nafsu yang buruk, sehingga terpancar kepribadian yang shaleh yang menghadirkan kedamaian dan kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
d.      Pemikiran muhammadiyah dalam kehidupan pribadi dalam bidang muamalah dunniawiyah
Setiap warga muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan khalifah dimuka bumi sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif dan positif serta tidak menjauhkan diri dari pergumulan kehidupan dengan landasan iman, islam dan ihsan dalam arti berakhlak karimah.

B.     Gerakan Muhammadiyah

1.      Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
Perserikatan muhammadiyah dibangun oleh KHA. Dahlan sebagai hasil konkrit dari telaah dan pendalaman (taddabur) beliau terhadap Al-Quranul Karim. Faktor inilah yang menjadi faktor utama yang mendorong berdirinya muhammadiyah. Sementara faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor pemicu semata.
Sesungguhnya kelahiran muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-quran. Dan apa yang digerakan oleh muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran islam dalam kehidupan yang riil dan konkrit. Segala yang dilakukan oleh muhammadiyah,  baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian dan sebagainya, tak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran islam. Tegasnya gerakan muhammadiyah berusaha untuk menampilkan wilayah isalam dalam wujud yang rill, konkrit dan nyata, yang dapat di hayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai “rahmatan lil ‘alamin”.
2.      Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Islam
Gerakan dakwah islam atau amar ma’ruf nahi munkar. Gerakan ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dalam jati diri muhammadiyah. Hal ini diakui oleh beberapa pihak yang menyatakan bahwa muhammadiyah terlihat sebagai pergerakan dakwah yang menekankan penjagaan serta pendalaman nila-nilai islam dan memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap penetrasi misi kristen di indonesia.
Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya yaitu dakwah (merayu, mengajak) islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa indonesia dengan membangun berbaga amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak semacam berbagai ragam lembaga pendidikan dari segi kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan, dan sebagainya.
3.      Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid (Reformasi)
Makna tajdid dari segi bahasa berarti pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti, yakni (a) pemurnian, dan (b) peningkatan, pengebangan, moderenisasi dan yang semakna dengannya.
Arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran islam yang berdasarkan dan bersumber dari Al-Quran dan as-sunah. Sedangkan arti “peningkatan, pengembangan, moderenisasi dan yang semakna dengannya”, tajdid dimkasudkan sebagai penafsiran pengamalan dan perwujudan  ajaran islam dengan tetap berpegang teguh kepada Al-Quran dan As-sunah.
Pada pengertian tajdid pada arti pemurnian ini Bernard Vleke dan Wertheinm misalnya, mengkategorikan muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus utamanya “pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran islam dari sinkritisme dan belenggu formalisme.
Sementara KH. Ahmad Sidiq, seorang tokoh ulama Nahdliyin dari Malang menjelaskan bahwa makna tajdid ada tiga pemurnian (purifikasi) menyasar pada tiga sasaran, yaitu:
a.       I’adah atau pemulihan;  yaitu membersihkan ajaran islam yang tidak murni lagi.
b.      Iba:nah atau memisahkan; yaitu memisah-misahkan secara cermat oleh ahlinya, mana yang sunnah dan mana pula yang bid’ah.
c.       Ihya’ atau menghidup-hidupkan; yaitu menghidupkan ajaran-ajaran islam yang belum terlaksana atau yang terbengkalai.
Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai sebuah organisasi yang berhidmat menyebar luaskan ajaran islam sebagai mana yang tercantum dalam Al-Quran dan As-sunah. Bersamaan dengan itu sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran islam, baik berupa khurafat, syirik, bidah, taqlid, dan tawasul lewat gerakan dakwah.
Untuk membedakan keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi, pemurnian (purification), dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi, pembaharuan (reformation).




Dari buku "Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam"

Comments

Popular posts from this blog

Membuat kalkulator sederhana C# di Visual Studia | Ngoding

Menentukan Nilai Awal sebelum diskon | Coding PHP